Melanjutkan tulisan sebelumnya seputar Hustle Culture, setidaknya ada 4 (empat) dampak bagi seseorang yang sudah terjerat oleh Hustle Culture. Berikut penjelasan selengkapnya.
Work Life Balance adalah keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi. Menghabiskan waktu bersama keluarga, pasangan, maupun teman dapat mengurangi tingkat stres akibat pekerjaan. Sosialisasi berpengaruh terhadap kebahagiaan seseorang. Dilansir dari inc.com, kebahagiaan dapat meningkatkan kreativitas dan menghasilkan energi positif.
Sebaliknya, obsesi kerja yang berlebihan berdampak terhadap penurunan aktivitas sosial. Dari pagi ke pagi, hidupmu selalu berkutat dengan deadline. Tak ada teman bicara untuk berbagi keluh kesah, karena tenggelam di antara tumpukan pekerjaan.
Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah kondisi stres kronis akibat pekerjaan yang ditandai dengan rasa lelah, frustasi dan sulit berkonsentrasi. Gejala burnout tidak terjadi pada semalam, melainkan dialami secara bertahap. Burnout disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab yang dipikul, lingkungan kantor yang buruk serta kehilangan dukungan sosial.
Salah satu ciri hustlers adalah tak mau tertinggal dari pencapaian orang lain. Sebisa mungkin harus berada di posisi sama. Karir dan finansial merupakan 2 hal yang selalu mereka kejar. Bukannya mensyukuri apa yang ada saat ini, malah terus mencari duniawi.
Dengan semangat kerja yang menggebu-gebu, hustler mudah iri dengan kesuksesan orang lain. Hal ini sebenarnya bagus, karena mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang selalu berkembang. Akan tetapi, hustler tidak mau berhenti sebelum ia menjadi orang yang paling sukses di lingkungannya.
“Kenapa nggak angkat telepon saya semalam?” ujar seorang Manager di suatu pagi. Padahal, semalam yang dimaksud adalah pukul 2 dini hari saat kamu sedang tertidur akibat lembur. Pernah menghadapi situasi seperti ini? Tarik napas dulu yuk..
Bisa jadi manager di kantormu adalah seorang hustler. Tak hanya merugikan diri sendiri, penganut budaya ini juga merugikan rekan satu tim. Mereka memaksa orang lain untuk bekerja dengan intensitas yang tinggi. Seringkali hustler memberi pekerjaan pada rekannya di jam istirahat atau hari libur.
Itu dia pembahasan singkat mengenai hustle culture. Apakah kamu termasuk orang seperti kriteria di atas? Tak perlu berlebihan dalam mengejar ambisi, sesuaikan dengan porsi kemampuan diri sendiri.